Tentang
Kamu merupakan judul novel terbaru salah satu penulis Indonesia Tere Liye.
Novel ini bisa dibilang berbeda dari novel-novel karya sebelumnya karena
mengambil latar di luar negeri, tepatnya London dan Paris sebagai titik awal
dan titik akhirnya cerita. Seperti biasanya, cerita yang diangkat Tere Liye
untuk novelnya selalu berhasil membuat pembaca terhanyut, tidak terkecuali
novel terbarunya ini.
Saya
langsung pergi ke Gramedia saat novel ini terbit di hari pertama karena sinopsis
tentang novel ini membuat saya penasaran. Memang benar, setelah membacanya,
cerita novel ini sama sekali tidak mengecewakan. Banyak sekali kejutan yang
disisipkan Tere Liye di novel Tentang Kamu ini. Kita bisa belajar banyak dari
novel terbarunya ini, mulai dari soal kesabaran, persahabatan, percintaan dan
kehebatan sang tokoh dalam menerima semua rasa sakit yang pernah dirasakannya. Sungguh
cerita yang luar biasa.
Di halaman
pertama, saya sudah feeling jika novel ini ceritanya bagus. Dan ternyata..
memang benar. Dijamin, meskipun kebanyakan cerita yang disuguhkan kembali ke
masa lalu, alias flash back berupa narasi tapi ceritanya tidak membosankan
malah bikin penasaran. Novelnya juga beeuuhhh tebel banget, 11 12 lah sama
novel Rindu.
Ceritanya diawali
dengan Zaman Zulkarnaen yang merupakan seorang pengacara asal Indonesia. Zaman
bekerja di salah satu firma hukum terkenal di London. Pada kasus pertamanya
ini, Zaman harus mencari pewaris sah dari klien yang bernama Sri Ningsih
berkewarganegaraan Inggris, namun berasal dari Indonesia. Sri Ningsih memiliki
jumlah warisan yang sangat besar, bahkan bisa menyaingi kekayaan ratu Inggris. Namun
sayangnya, Sri Ningsih sama sekali tidak meninggalkan surat wasiat untuk
menjelaskan ke mana harta warisan tersebut harus diberikan. Bahkan dengan harta
sebesar itu, Sri Ningsih malah memilih tinggal di salah satu panti jompo kota
Paris. Ini tentu menjadi pertanyaan besar Zamal. Karena hal itulah, Zamal mulai
menelusuri jengkal demi jengkal kehidupan Sri Ningsih.
Penelusuran
dimulai dari panti jompo yang terletak di kota Paris dekat menara Eiffel. Melalui
buku catatan miliki Sri Ningsih – yang diberikan oleh pengurus panti-, Petunjuk
selanjutnya mengantarkan Zaman kembali ke Indonesia, tepatnya ke Pulau Bungin,
dilanjutkan ke Ponpes di Surakarta, lalu ke Jakarta, dan ke London. Sampai akhirnya
kembali ke panti jompo Paris tempat pertama kali Zaman menelurusi latar
belakang Sri Ningsih.
Kisah hidup
Sri Ningsih sendiri sangatlah luar biasa. Penelusuran Zaman tersebut membuatnya
banyak belajar dari sosok Sri Ningsih, termasuk untuk menyelesaikan masalah
keluarga yang sedang dihadapi oleh Zaman.
Namun Zaman
bukanlah tokoh utama dari novel ini, tentang ‘kamu’ di sini adalah Sri Ningsih.
Anda akan dibuat senang, bangga, sampai haru saat mengulik kisah hidup Sri
Ningsih. Pemikiran Sri Ningsih sangatlah tulus, tidak pernah sekali pun dia
berprasangka buruk pada orang. Dia memiliki hati sebening dan seteguh Kristal. Kisah
cinta yang dialami oleh Sri Ningsih pun sangat menyentuh, meskipun dijabarkan
secara sederhana, namun tetap Indah sampai maut yang memisahkan mereka.
Di bab-bab
terakhir merupakan bagian yang paling seru dan banyak kejutan. Di bagian itu,
akan terlihat betapa perhitungannya Sri Ningsih terhadap sesuatu. Selain selalu
berprasangka baik terhadap sesuatu, Sri Ningsih juga merupakan orang yang
cerdas dan brilian. Dia bisa memutuskan segala hal yang bisa memberikan dampak
luar biasa ke depannya. Salah satunya adalah penanaman saham 1% di perusahaan
multinasional yang membuatnya bisa menimbun harta hingga triliyunan rupiah.
Lalu siapa yang akhirnya menerima hartanya tersebut? Ah, lebih tepatnya,
apakah Zamal berhasil mencari siapa penerima sah harta warisan dari Sri Ningsih
ini? Agar lebih seru, lebih baik Anda baca sendiri. Hehe
NB :Oh ya, di sini Sri Ningsih digambarkan sebagai wanita yang hitam,
gempal dan pendek. Namun menurut saya, setelah apa yang ia alami, seharusnya
ada perubahan pada tubuhnya. Terlebih lagi, tidak terhitung beberapa pekerjaan
berat sampai terpaksa harus menahan lapar, setidaknya bobot tubuhnya turun jadi
lebih kurus. Namun sampai akhir cerita, Sri Ningsih masih digambarkan seorang
wanita hitam, gempal dan pendek. Mungkin Bang Tere punya asumsi sendiri soal
ini. Haha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar