Minggu, 30 Oktober 2016

Sinopsis Novel Tentang Kamu Karya Tere Liye yang Menguras Emosi


Tentang Kamu merupakan judul novel terbaru salah satu penulis Indonesia Tere Liye. Novel ini bisa dibilang berbeda dari novel-novel karya sebelumnya karena mengambil latar di luar negeri, tepatnya London dan Paris sebagai titik awal dan titik akhirnya cerita. Seperti biasanya, cerita yang diangkat Tere Liye untuk novelnya selalu berhasil membuat pembaca terhanyut, tidak terkecuali novel terbarunya ini.

Saya langsung pergi ke Gramedia saat novel ini terbit di hari pertama karena sinopsis tentang novel ini membuat saya penasaran. Memang benar, setelah membacanya, cerita novel ini sama sekali tidak mengecewakan. Banyak sekali kejutan yang disisipkan Tere Liye di novel Tentang Kamu ini. Kita bisa belajar banyak dari novel terbarunya ini, mulai dari soal kesabaran, persahabatan, percintaan dan kehebatan sang tokoh dalam menerima semua rasa sakit yang pernah dirasakannya. Sungguh cerita yang luar biasa.

Di halaman pertama, saya sudah feeling jika novel ini ceritanya bagus. Dan ternyata.. memang benar. Dijamin, meskipun kebanyakan cerita yang disuguhkan kembali ke masa lalu, alias flash back berupa narasi tapi ceritanya tidak membosankan malah bikin penasaran. Novelnya juga beeuuhhh tebel banget, 11 12 lah sama novel Rindu.

Ceritanya diawali dengan Zaman Zulkarnaen yang merupakan seorang pengacara asal Indonesia. Zaman bekerja di salah satu firma hukum terkenal di London. Pada kasus pertamanya ini, Zaman harus mencari pewaris sah dari klien yang bernama Sri Ningsih berkewarganegaraan Inggris, namun berasal dari Indonesia. Sri Ningsih memiliki jumlah warisan yang sangat besar, bahkan bisa menyaingi kekayaan ratu Inggris. Namun sayangnya, Sri Ningsih sama sekali tidak meninggalkan surat wasiat untuk menjelaskan ke mana harta warisan tersebut harus diberikan. Bahkan dengan harta sebesar itu, Sri Ningsih malah memilih tinggal di salah satu panti jompo kota Paris. Ini tentu menjadi pertanyaan besar Zamal. Karena hal itulah, Zamal mulai menelusuri jengkal demi jengkal kehidupan Sri Ningsih.

Penelusuran dimulai dari panti jompo yang terletak di kota Paris dekat menara Eiffel. Melalui buku catatan miliki Sri Ningsih – yang diberikan oleh pengurus panti-, Petunjuk selanjutnya mengantarkan Zaman kembali ke Indonesia, tepatnya ke Pulau Bungin, dilanjutkan ke Ponpes di Surakarta, lalu ke Jakarta, dan ke London. Sampai akhirnya kembali ke panti jompo Paris tempat pertama kali Zaman menelurusi latar belakang Sri Ningsih.

Kisah hidup Sri Ningsih sendiri sangatlah luar biasa. Penelusuran Zaman tersebut membuatnya banyak belajar dari sosok Sri Ningsih, termasuk untuk menyelesaikan masalah keluarga yang sedang dihadapi oleh Zaman.

Namun Zaman bukanlah tokoh utama dari novel ini, tentang ‘kamu’ di sini adalah Sri Ningsih. Anda akan dibuat senang, bangga, sampai haru saat mengulik kisah hidup Sri Ningsih. Pemikiran Sri Ningsih sangatlah tulus, tidak pernah sekali pun dia berprasangka buruk pada orang. Dia memiliki hati sebening dan seteguh Kristal. Kisah cinta yang dialami oleh Sri Ningsih pun sangat menyentuh, meskipun dijabarkan secara sederhana, namun tetap Indah sampai maut yang memisahkan mereka.

Di bab-bab terakhir merupakan bagian yang paling seru dan banyak kejutan. Di bagian itu, akan terlihat betapa perhitungannya Sri Ningsih terhadap sesuatu. Selain selalu berprasangka baik terhadap sesuatu, Sri Ningsih juga merupakan orang yang cerdas dan brilian. Dia bisa memutuskan segala hal yang bisa memberikan dampak luar biasa ke depannya. Salah satunya adalah penanaman saham 1% di perusahaan multinasional yang membuatnya bisa menimbun harta hingga triliyunan rupiah.

Lalu siapa yang akhirnya menerima hartanya tersebut? Ah, lebih tepatnya, apakah Zamal berhasil mencari siapa penerima sah harta warisan dari Sri Ningsih ini? Agar lebih seru, lebih baik Anda baca sendiri. Hehe

NB :Oh ya, di sini Sri Ningsih digambarkan sebagai wanita yang hitam, gempal dan pendek. Namun menurut saya, setelah apa yang ia alami, seharusnya ada perubahan pada tubuhnya. Terlebih lagi, tidak terhitung beberapa pekerjaan berat sampai terpaksa harus menahan lapar, setidaknya bobot tubuhnya turun jadi lebih kurus. Namun sampai akhir cerita, Sri Ningsih masih digambarkan seorang wanita hitam, gempal dan pendek. Mungkin Bang Tere punya asumsi sendiri soal ini. Haha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar